Adventorial

KH Marzuki Mustamar Soal Konflik Petinggi NU, Ajak Jamaah Manut Masyayikh

 

GRESIK | SWARAKITA.COM — KH Marzuki Mustamar memberikan ceramah pada pengajian rutin bakda Magrib di Sedayu, Gresik, Rabu (3/12/2025). Ribuan jamaah takdzim mengikuti ceramah sekaligus doa bersama diwarnai Istighosah Mujahadah hingga Hizb Nashor .

Usai  acara  kekhidmatan itu, KH Marzuki Mustamar kembali menyampaikan pandangan terkait dinamika dan konflik yang belakangan terjadi di tubuh elite Nahdlatul Ulama (NU).

KH Marzuki menyampaikan bahwa hendaknya jamaah taat sesuai dawuh para masyayikh yang baru-baru ini bermusyawarah di Pondok Ploso.

Para kiai sepuh telah memerintahkan agar seluruh pengurus dan warga NU memperbanyak istighosah dan munajat, memohon keselamatan untuk diri pribadi, organisasi NU, dan bangsa Indonesia.

“Para masyayikh memerintahkan untuk memperbanyak istighosah, minta pertolongan kepada Allah demi keselamatan kita semua, keselamatan NU, dan keselamatan bangsa,” tutur KH Marzuki di hadapan jamaah.

Ia menegaskan bahwa sikap dirinya beserta jamaah jelas: manut kepada para masyayikh, para kiai yang memikirkan keselamatan jamiyah. Soal langkah konkret penyelesaian konflik di tubuh petinggi NU—apakah melalui Musyawarah Luar Biasa (MLB), percepatan Muktamar, atau mekanisme lain—KH Marzuki menegaskan semuanya diserahkan kepada para kiai sepuh.

“Terkait keselamatan NU itu apakah diadakan pergantian kepemimpinan lewat MLB, lewat Muktamar yang dipercepat, atau cara lain, kami tidak tahu. Yang jelas, para pimpinan di PBNU itu mewakili ribuan santri dan ustadz. Kalau mereka menyerahkan kepada para kiai, ya monggo, kami manut,” ujarnya.

KH Marzuki juga menyebut kemungkinan pembentukan presedium oleh para masyayikh untuk mengawal proses penyelesaian konflik. Menurutnya, langkah tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan para kiai sepuh yang lebih memahami maslahat organisasi.

Meski demikian, secara pribadi KH Marzuki menilai bahwa baik Islah, percepatan Muktamar, maupun MLB, apabila dilakukan dengan pengawasan ketat dan melibatkan kontrol jamaah, dapat menjadi solusi terbaik.

“Kalau menurut saya, baik Islah, percepatan Muktamar, maupun MLB dengan catatan benar-benar dikontrol agar tidak terjadi kesalahan ke depan. Dari situlah kepemimpinan bisa ditentukan,” jelasnya.

Ia menyebut bahwa warga NU di tingkat bawah tidak pada tempatnya berspekulasi apalagi mengambil tindakan di luar kapasitasnya.

“Kami yang di bawah ini tidak pantas bicara hal yang bukan wewenang kami. Tugas kami mengikuti dawuh masyayikh,” tegasnya mengakhiri wawancara.

Majelis malam itu pun ditutup dengan doa bersama, memohon agar Allah SWT memberikan keselamatan dan keberkahan bagi NU serta bangsa Indonesia.( Tim/Red)

Posting Komentar

0 Komentar